Keangkuhan Pasukan Iblis
Ketika Abu Sufyan berhasil meloloskan diri dari kejaran pasukan kaum
muslimin, dia langsung mengirimkan surat kepada pasukan Mekkah tentang
kabar dirinya dan meminta agar pasukan Mekkah kembali pulang. Namun,
dengan sombongnya, gembong komplotan pasukan kesyirikan enggan menerima
tawaran ini. Dia justru mengatakan,
“Demi Allah, kita tidak akan kembali sampai kita tiba di Badar. Kita
akan tinggal di sana tiga hari, menyembelih onta, pesta makan, minum
khamr, mendengarkan dendang lagu biduwanita sampai masyarakat jazirah
arab mengetahui kita dan senantiasa takut kepada kita…”
Keangkuhan mereka ini Allah gambarkan dalam FirmanNya,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا
وَرِئَاءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَاللَّهُ بِمَا
يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari
kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia
serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi
apa yang mereka kerjakan…” (Qs. Al-Anfal: 47)
Mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu di bawah
pengaturan Allah, karena ditutupi dengan kesombongan mereka. Mereka
tidak sadar bahwa Allah kuasa membalik keadaan mereka. Itulah gambaran
pasukan setan, sangat jauh dari kerendahan hati dan tawakal kepada Yang
Kuasa.
Kesetiaan yang Tiada Tandingnya
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa yakin bahwa
yang nantinya akan ditemui adalah pasukan perang dan bukan kafilah
dagang, beliau mulai cemas dan khawatir terhadap keteguhan dan semangat
shahabat. Beliau sadar bahwa pasukan yang akan beliau hadapi kekuatannya
jauh lebih besar dari pada kekuatan pasukan yanng beliau pimpin. Oleh
karena itu, tidak heran jika ada sebagian shahabat yang merasa berat
dengan keberangkatan pasukan menuju Badar. Allah gambarkan kondisi
mereka dalam firmanNya,
كَمَا أَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِنْ بَيْتِكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ لَكَارِهُونَ
“Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan
kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman
itu tidak menyukainya.” (Qs. Al Anfal: 5)
Sementara itu, para komandan pasukan Muhajirin, seperti Abu Bakr dan
Umar bin Al Khattab sama sekali tidak mengendor, dan lebih baik maju
terus. Namun, ini belum dianggap cukup oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau masih menginginkan bukti konkret kesetiaan dari shahabat yang
lain. Akhirnya, untuk menghilangkan kecemasan itu, beliau berunding
dengan para shahabat, meminta kepastian sikap mereka untuk menentukan
dua pilihan: (1) tetap melanjutkan perang apapun kondisinya, ataukah
(2) kembali ke madinah.
Majulah Al Miqdad bin ‘Amr seraya berkata, “Wahai Rasulullah,
majulah terus sesuai apa yang diperintahkan Allah kepada anda. Kami akan
bersama anda. Demi Allah, kami tidak akan mengatakan sebagaimana
perkataan Bani Israil kepada Musa: ‘Pergi saja kamu, wahai Musa bersama
Rab-mu (Allah) berperanglah kalian berdua, kami biar duduk menanti di
sini saja. [1]‘” Kemudian Al Miqdad melanjutkan: “Tetapi
pegilah anda bersama Rab anda (Allah), lalu berperanglah kalian berdua,
dan kami akan ikut berperang bersama kalian berdua. Demi Dzat Yang
mengutusmu dengan kebenaran, andai anda pergi membawa kami ke dasar
sumur yang gelap, kamipun siap bertempur bersama engkau hingga engkau
bisa mencapai tempat itu.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan
komentar yang baik terhadap perkataan Al Miqdad dan mendo’akan kebaikan
untuknya. Selanjutnya, majulah Sa’ad bin Muadz radhiyallahu ‘anhu,
komandan pasukan kaum anshar.
Sa’ad mengatakan, “Kami telah beriman kepada Anda. Kami telah
membenarkan Anda. Andaikan Anda bersama kami terhalang lautan lalu Anda
terjun ke dalam lautan itu, kami pun akan terjun bersama Anda….” Sa’ad radhiyallahu ‘anhu
juga mengatakan, “Boleh jadi Anda khawatir, jangan-jangan kaum Anshar
tidak mau menolong Anda kecuali di perkampungan mereka (Madinah).
Sesungguhnya aku berbicara dan memberi jawaban atas nama orang-orang
anshar. Maka dari itu, majulah seperti yang Anda kehendaki….”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar